oleh : Syafira Fitria
Freya
termenung seraya memandang sosok yang kini menjauh. Itu Reina sahabatnya.Entah
apa yang membuatnya bersikap ketus belakangan ini. Hal itu sudah terjadi
sekitar seminggu yang lalu saat dirinya memenangkan perlombaan membuat cerpen.
Tapi saat iti dia bersikap biasa. Kenapa sekarang jadi aneh?, batin Freya tak mengerti.
Dirinya
terdiam seraya pikirannya kembali berkelana.
Seorang gadis kecil tersenyum manis menuju ke
arah taman tanpa medengarkan panggilan orang tuanya yang kini sedang kesusahan
mengejarnya.
“Freya jangan jauh-jauh nak”, ujar mamanya
setengah berteriak.
Gadis kecil itu terus berlari seraya menoleh
kebelakang. Akibatnya, gadis kecil yang bernama Freya
tak melihat pembatas
jalan yang membuatnya tersandung.
Gadis itu menangis merasakan perih dilututnya.
Sampai akhirnya sebuah tangan mungil menawarkan bantuan.
“Kamu
gak apa-apa?”, ujar sosok itu.
Seorang gadis manis yang seumuran dengannya
terlihat sedang mengulurkan tangannya menawarkan bantuan.
“Sakit..”, ujar Freya seraya meringis.
“ayo bangun. Aku bantu bersihkan lukamu”, ujar
gadis itu seray tersenyum.
Keduanya duduk disalah satu bangku taman seraya
membersihkan luka Freya.
“Sudah selesai. Lain kali kalau lari
hati-hati”, ujar gadis itu.
Freya tersenyum melihat gadis didepannya.
Mungkin mereka bisa menjadi sahabat.
“Tunggu. Nama kamu siapa?”, ujar Freya
menghentikannya yang hendak pergi.
“Aku Reina. Salam kenal”, ujar gadis itu
tersenyum manis.
Freya
tersenyum mengingat saat itu. Dirinya memang sempat tidak bertemu lagi dengan
Reina. Tetapi mereka kembali bertemu saat lomba cerpen di SD. Dan dirinya juga
Reina memeutuskan untuk bersahabat.
Hampir
selama 4 tahun ini hari-hari Freya diisi oleh Reina. Mereka selalu melakukan
semuanya berdua. Bahkan teman-temannya dulu di smp menyebut mereka duo karena
tak terpisahkan.
Tapi Freya
kini merasa sedih mengingat saat ini dirinya dan Reina dalam keadaan yang tidak
baik. Dirinya bahkan tidak tau penyebabnya apa.
“Freya”,
panggil sebuah suara.
Rasa senang langsung membuncaha kala memikirkan kalau itu adalah Reina.
Tapi kenyataan tidak, terlihat Risa sedang memadangnya. Dan buka Reina.
Wajah Freya
kembali sendu membuat Risa bertanya-tanya. Gadis itu berjalan menghampiri Freya
dan langsung mendudukan dirinya disamping Freya.
“Lo
kenapa?”, tanya Risa.
Anak itu memang terbiasa bercakap dengan kata
lo-gue. Berbeda dengan Freya dan Reina yang lebih memilih menggunakan aku-kamu
kepada sesama. Mengingat Reina kembali membuat Freya bersedih.
“Aku
bingung kenapa Reina marah “, ujar Freya.
“ Gue gak
tau apa masalah kalian berdua tapi kayaknya lo harus ngeomong langsung sama
dia”, ujar Risa.
“Tapi
gimana caranya? Dia aja gak pernah mau liat muka aku lagi”.
Risa
tersenyum kepada Freya yang lagi-lagi
memasang wajah sendu.
“Lo harus
ngomong Frey. Emang rela persahabatan kalian ancur Cuma gara-gara masalah yang
bahkan lo gak tau”, ujara Risa.
“Trus aku
harus gimana?”, tanya Freya.
Risa
tersenyum seray beranjak dari tempatnya.
“Ayo , Gw
anter”, ujara Risa seraya mengulurkan tangan kepada Freya.
Mereka
berdua berjalan menyusuri koridor menuju
ketempat Reina.
Sesampainya
disana terlihat gadis itu sedang terduduk didepan koridor kelasnya. Entah apa
yang dilakukannya. Dengan langkah mantap Freya berjalan menghampiri Reina yang
terlihat belum menyadari kehadirannya.
“Rei”,
panggil Freya dengan berhati-hati.
Reina
seketika mendongkak dan terlihat terkejut melihat kehadiran Freya.
“Freya?
Kamu ngapain disini?”, tanya Reina tanpa menyembunyikan nada terkejutnya.
“Aku mau
minta maaf sama kamu kalau aku punya salah”.
“Kau gak
perlu minta maaf. Aku baru mau minta maaf sama kamu karena udah marah gk
jelas….”.
Reina
menjelaskan semuanya membuat Freya mengerti kalau selama ini mereka hanya salah
paham. Dan Freya merasa sangat terharu saat mengetahui kalau Reina ternyata
hanya takut kehilangannya karena Freya dekat dengan Risa.
“Aku temenan sama dia karena dia baik. Bukan karena aku bosan temenan sama kamu. Kamu itu gak terganti”.
tubi kontiyu ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar